Pendidikan saat ini mulai mengalami pergeseran dari Pendidikan yang digagas di era tahun 90-an. Penggunaan nama kurikulum yang berharap siswa lebih aktif sedikit banyaknya belum mampu membuat ketangguhan metode ceramah bisa bergeser sepenuhnya. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta Kurikulum 2013 adalah Sampul kurikulum dari tahun ke tahun yang sebenarnya sangat bagus untuk Pendidikan. Isi Kurikulum tentu berharap adanya kemajuan yang pesat dibidang Pendidikan terutama yang memberi ruang bergerak lebih besar bagi murid. Namun dalam pelaksanaannya, Kurikulum yang bagus tersebut belum memberi dampak yang signifikan terhadap keaktifan murid dikelas, Penggunaan ceramah yang berlebihan cenderung memberi efek ngantuk berat serta membatasi oksigen kebebasan murid dalam belajar.
Seiring
perkembangan zaman, metode – metode baru lahir, demikian juga ide – ide baru
menetas dan mulai menapaki Langkah – Langkah baru yang tentunya harus
disesuaikan dengan keadaaan dunia yang mewajibkan manusia mesti melek
teknologi. Keberadaan murid tidak lagi bisa dianggap sebagai pendengar setia
radio ataupun sebagai penonton tanpa sorakan, namun lebih daripada itu mereka
harus punya andil untuk memperkaya diri mereka sendiri.
Selain Ide,
Metode, dan zaman, pendidik juga mau tak mau harus berkembang mengikuti zaman.
Pekerjaan guru sepertinya kian terasa berat menggayut. Namun semua itu tentu
tidak akan sulit jika memahami posisi kita sebagai guru yang tentu pekerjaan
utamanya membelajarkan siswa. Pekerjaan mendidik murid tentunya sulit bagi
petani karena mereka tak mengerti hal ini dan pilot sehebat apapun tak akan
bisa masuk kekelas dengan nyaman karena kelas tentunya bukan ruang kemudi.
Guru adalah
pekerjaan yang dengan sadar dan tahu kita rencanakan, pelajari lewat bangku
kuliah dan semestinya pekerjaan ini juga wajib menyadarkan kita bahwa sebagai
guru tentu tak harus mengelak saat masuk kelas, ataupun tak perlu mengeluh saat
harus bergelut dengan berbagai persoalan tentang murid ataupun pembelajaran. Menjadi
aneh Ketika guru tak lagi berusaha maksimal didalam kelas, atau malas saat
membimbing siswa yang kurang mampu, toh itu sama saja saat petani tak lagi mau
menyiangi padi karena ada rumput, atau pilot yang tak lagi fokus mengemudi
karena ada penumpang yang tak disenangi. Analogi yang cukup jauh memang, namun hal
itu mau menggambarkan seberapa pentingnya peran guru bagi tujuan akhir
perkembangan murid.
Jika Petani
hanya berhenti sampai saat panen, atau pilot berhenti saat pesawat lepas landas,
maka peran guru tak sependek itu, pekerjaan guru akan meninggalkan bekas pada
murid. Peran guru dapat membantunya bahkan menghancurkannya di masa depan. Oleh
karena itu semestinya kita berpikir kita akan jadi bagian yang mana? Membantu
murid mencapai masa depan dengan segala kekuatannya ataukah kita malah jadi
bagian dari orang yang meruntuhkan segala kebaikannya dan membuka jalan
munculnya keburukan yang menguasainya.
Pendidikan
seharusnya mampu mengantar murid mencapai jalan “ninjanya”. Segala yang didapat
anak saat sekolah diharapkan semakin
menguatkan hal baik yang ada pada dirinya dan mengubur segala hal buruk yang
mungkin muncul, bukan sebaliknya. Disini
peran guru merupakan hal yang paling urgen bagi murid, karakater yang dimunculkan
murid sedikit banyaknya sangat dipengaruhi guru. Sebagai pendidik tentunya kita
tahu tugas dan tupoksi kita dan hal tersebut tentu tidak mudah.
Setiap
pekerjaan pasti ada resikonya. Nah, tugas kita sebagai guru juga punya resiko
dan kesulitannya, terutama jika melihat keragaman siswa. Guru kadang
dipusingkan dengan membelajarkan siswa materi – materi pelajaran. Hal ini disebabkan
karena siswa punya kesiapan belajar yang berbeda, gaya belajar yang berbeda
serta kebutuhan belajar yang tidak sama. Sehingga masalah seperti ini tentu
perlu dicari solusinya.
Dalam Pendidikan
guru penggerak penulis dikenalkan dengan Pendidikan berdiferensiasi. Pendidikan
berdiferensiasi merupakan Pendidikan yang menekankan pada kebutuhan belajar
murid.
Menurut
Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran
Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses
pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
- Kurikulum yang memiliki tujuan
pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya
guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
- Bagaimana guru menanggapi
atau merespon kebutuhan belajar muridnya.
Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan
sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang
berbeda.
- Bagaimana mereka menciptakan lingkungan
belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras
untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap
murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di
sepanjang prosesnya.
- Manajemen kelas yang
efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,
rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
- Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan
dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat
menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana
yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Dari
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berdiferensiasi
berorientasi pada murid sebagai pusat pembelajaran. Segala sesuatu yang
direncanakan dan dibuat guru dalam pembelajaran menitikberatkan manfaatnya pada
keberhasilan siswa memahami pembelajaran melalui cara – cara yang masuk akal
dan menarik bagi siswa.
Pemeblajaran
berdiferensiasi berkehendak tidak ada lagi ruang yang membatasi siswa dalam
belajar dan kebutuhan belajar mereka dapat terpenuhi secara baik namun menggunakan
cara yang masuk akal dan bukan dalam artian membimbing siswa satu persatu.
Pembelajaran berdiferensiasi
menjadi solusi yang paling masuk akal untuk mengatasi masalah pembelajaran
didalam kelas. Namun menggunakan pembelajaran berdiferensiasi menuntut kita
untuk bekerja sedikit lebih keras agar mampu memetakan murid secara baik dan
cara yang dipakai pas untuk murid.
Penulis tahu
tulisan ini masih jauh dari kata sempurna namun hal ini tidak mengahalangi niat
penulis sebagai guru untuk terus belajar dan mencari cara terbaik agar bisa
memberikan hal baik bagi murid di dalam kelas.
Syallom
FRM
Komentar
Posting Komentar